-
Continue reading →: Tragedi Kebudayaan dalam Pendidikan Gen-Z
Pemuda Gen-Z in action merokok di sekolah. Ketika kena kepret Guru, mengadu ke Papi-Mami. Orangtua nggak terima, lapor polisi agar Bu Guru dipenjara. Guru lain di sekolah bersorak-sorak. Ratusan murid unjuk rasa, mogok belajar, menghujat. Gubernur memecat guru yang juga kepala sekolah itu. Dalam perkara beginian, yang sudah sering terjadi,…
-
Continue reading →: ‘Gelut Pikiran’ dalam Penjurian FFW 2025
Semangat dari sebuah kompetisi, termasuk dalam festival film, adalah untuk menjustifikasi capaian yang kita anggap terbaik. Sudut pandang terbaik, bisa dari perspektif beragam. Seperti halnya tentang kebenaran; orang boleh saja eyel-eyelan dari pagi sampai subuh perihal kebenaran. Dalam demokrasi, kebenaran ditentukan selera suara mayoritas berbasis pengalaman. Dalam ilmu pengetahuan, kebenaran…
-
Continue reading →: Kota Cinema di Ujung Genosida Perfilman
Membaca tagline ‘Jakarta Kota Cinema’ jadinya teringat Presiden Amerika Donald Trump ketika akan menjadikan Jalur Gaza (Palestina) sebagai Riviera Timur Tengah. Sebuah gagasan mewah di ujung genosida. Warga Gaza dijanjikan hidup damai, makmur, makan enak, rumah bagus, tapi setelah kedaulatan atas wilayah negaranya, politik kebangsaannya, identitas (jati diri) kebudayaannya, digenosida…
-
Continue reading →: Konsleting kebudayaan digital ke Nepal
Kerusuhan brutal di Nepal itu, dipicu oleh konsleting kebudayaan digital yang diatasi dengan keangkuhan kekuasaan. WhatsApp, TikTok, Facebook, Messenger, Instagram, YouTube, X (Twitter), LinkedIn, Threads — total 26 platform diblokir, maksudnya menjaga stabilitas. Yang terjadi justru ledakan kemarahan publik. Gedung-gedung pemerintah dibakar, Menteri Keuangan diuber dan ditelanjangi sampai tercebur ke…
-
Continue reading →: Bacaan Budaya Omon-omon dan Olok-olok
TEMAN-teman kemarin pada semangat menikmati berita reshuffle kabinet. Mereka menyebut Sri Mulyani, Budi Gunawan, Budi Arie, Dito Ariotedjo, Abdul Kadir Karding – sekarang menyandang predikat sebagai Menteri Pecatan. Kegembiraan menyambut reshuffle kabinet, bukan karena terbitnya harapan baru, untuk mereka secepatnya mendapat pekerjaan, penghasilan, atau kesejahteraannya terpenuhi, setelah sekian lama ‘balap…
-
Continue reading →: Cerdas Cemas Kebudayaan Digital
Nadiem Makarim diborgol dan mengenakan rompi pink. Beberapa hari sebelumnya, sejumlah Aktivis Demo digerebek aparat lalu digiring ke ruang tahanan. Nadiem dituduh korupsi dalam proyek pengadaan laptop. Sedangkan para aktivis dituduh melakukan penghasutan melalui laptop. Laptop bukan sekadar benda. Tak hanya alat kerja. Laptop adalah titik atom – pusat kecil…
-
Continue reading →: Dalam Rapuh Disabilitas Kebudayaan
Di perfilman, ada program nobar untuk penyandang disabilitas. Nonton bareng bagi mereka yang punya keterbatasan fungsi fisik, intelektual, mental, sehingga terhambat dan sulit dalam berinteraksi, berpartisipasi, mengembangkan potensi. Sempat saya dengar wacana bikin bioskop khusus difabel. Terbayangkan, tempat pertunjukan film yang penontonnya khusus orang tuna rungu (budeg), tuna wicara (bisu),…
-
Continue reading →: Ala Film merekam Anatomi Konflik Kelas
MENGAKHIRI bulan Agustus menuju September (2025) cerita pergolakan sosial-politik tanah air ditandai dengan transisi tajam berupa benturan mobilitas sosial vertikal di masyarakat. Penjarahan di rumah “crazy rich” Ahmad Sahroni, selebritas Eko Patrio, Uya Kuya, juga rumah kediaman sosialita Sri Mulyani. Kalau film, ini memasuki alur action yang semakin seru. Dalam…
-
Continue reading →: ‘Mise en scene’ Episode Agustusan
Episode kemeriahan bulan kemerdekaan Agustus, diakhiri dengan tragedy ending: Kematian, kobaran api, penjarahan, chaos, anarkisme. Tentu kita menunggu episode berikutnya, untuk bulan September, yang di Indonesia sangat populer sebagai bulan Gerakan G30S/PKI. Jika ini adalah film, kita mengenal mise en scene. Yaitu ketika semua elemen visual ditempatkan dalam frame (bingkai)…
-
Continue reading →: Ante Mortem Kongres ‘Rumah Lapuk’ PWI
Kongres Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) berlangsung 29 – 30 Agustus di Bekasi. Agenda utamanya, memilih Ketua Umum. Ini seperti memperebutkan warisan rumah tua bersejarah yang lapuk, saat banyak penghuninya sudah ngelayap kesana kemari; ada yang keterusan di ruang rekreasi politik, ada yang ngontrak di tempat lain untuk berteduh, ada yang…
